Advertisement

Rekreasi Asyik di Kebun Teh Kemuning, Karanganyar

Rekreasi Asyik di Kebun Teh Kemuning, Karanganyar. Lagi-lagi cerita piknik bocah. Hihi maklum, Pejalan Santai sejatinya adalah seorang ibu berbuntut dua. Jadi acara jalan-jalannya biasanya sepaket dengan dua bocah cerewet ini, haha. 

Begini cara memetik daun teh yang benar kata Bu Hana

Tujuan piknik bersama Sekolah Kucica kali ini adalah Perkebunan Teh Kemuning di Karanganyar, Solo. Tepatnya di Desa Ngargoyoso, Kab. Karanganyar, Solo.

Enaknya ngemil telur kodok goreeeng

Dari Ungaran, membutuhkan waktu perjalanan sekitar  4 jam lebih naik minibus bersama rombongan bocah yang baterainya Alkaline, ngoceh sepanjang jalan. Melewati Kota Solo yang ngangenin dan macet di masa liburan ini.

Memasuki Karanganyar, jalanan pun menyempit dan mulai berliku-liku genit. Aku mulai pening dan ngantuk. AC mobil pun dimatikan. Udara kian sejuk. Aku suka, aku suka!

Alde kegelian pegang burung imur hihihi takut tapi senang

Suasana kebun teh yang asri, sayang akuh lupa selpieee

Perjalanan tak terasa karena diselingi bobok syantik hihi, kami tiba di Kebun Teh Kemuning di Karanganyar Solo. Walau sudah waktu salat zuhur tapi udara terasa sejuk karena pepohonan rindang. Di kiri-kanan terhampar kebun teh luas. Yeay, kita sudah sampai di daerah pegunungan!

Enak ya tehnya Kak Amel jadi pengen nambah 

Pelepasan burung mungil oleh anak TK B 


Yang dipetik daun teh paling pucuk ya anak-anak jangan semuanya 

Bapak pekerja pabrik menjaga tungku raksasa tetap menyala 

Berkeliling Pabrik Teh Kemuning bersama Pak Punut

Sebelum berkeliling kebun teh, kami diajak minum teh panas dan makan camilan dulu buat ngecash tenaga setelah lelah di perjalanan.


Bersantai sejenak sambil ngemil biar nggak jetlag hihi

Peserta piknik duduk di tanah lapang sambil bersenda gurau. Kami mengantri teh dan camilan dengan tawakal. Aroma wangi teh menggoda hidung. Sedapnyee!

Beneran. Tehnya sedap sekali, teh hitam asli produksi Pabrik Teh Kemuning yang vintage. Iya, pabrik teh Kemuning ini sudah beroperasi sejak zaman Belanda lho.

Seumur-umur, baru pertama kali menikmati rasa teh terbaik dan asli. Ada rasa sepat kopi lho. Ternyata hal ini adalah salah satu keunikan teh produksi Pabrik Kemuning. Tehnya ada sedikit rasa kopi, padahal tak ada campuran kopi sama sekali.

Camilan yang tersedia pun nggak kalah sensasional, telur kodok goreng boo, hihi. Jangan bergidik dulu yaa Readers. Itu hanya sebutan untuk makanan ringan timus ubi ungu mini yang menjadi favorit Kak Nailah.

Setelah perut kenyang dan hati riang, mulai deh acara berjalan-jalan ke Kebun Teh Kemuning. Kami diantar oleh Pak Panut Raharja, juru penerangan pabrik. Beriringan, kami melewati hamparan perkebunan teh. Awas, ada ulat genit nempel!

Pabrik tehnya kuno sekali tapi masih aktif berproduksi lho

Pak Panut bercerita bahwa pabrik teh dan kebun teh Kemuning sudah berdiri sejak zaman Belanda. Ketika perang usai, seluruh aset disita oleh Pemerintah Indonesia. Kini, pabrik teh dan seisinya dikelola pihak swasta.

Menurut Pak Panut, pabrik teh legendaris ini hanya menghasilkan teh hijau dan teh hitam berkualitas. Minuman teh berkualitas salah satu cirinya yaitu hanya diambil pucuknya saja. Jadi benar ya, iklan teh kemasan yang bercerita tentang ulat malang yang  susah-payah memanjat tanaman teh hingga pucuk dan gagal? Hihi.

Tahu nggak Readers, minuman teh produksi pabrik ini diekspor hingga ke mancanegara lho. Sudah diekspor hingga Malaysia, bahkan Amerika. Wow.

Kalau di kebun teh lain,  pekerja kebun memetik daun teh dengan tangan, kalau di Kebun Teh Kemuning dipetik pucuknya dengan ani-ani. Sejenis arit kecil.

Iyaa, untuk produk teh berkualitas, yang digunakan daun pucuk yang masih muda. Sedangkan teh kemasan siap minum yang beredar di pasaran, biasanya menggunakan daun teh tua. Huhu jaharaaa! Kita dapat sisa-sisaaa! 

Setelah lelah lunglai mengelilingi kebun teh dan diajarkan cara memetik daun teh pucuk yang benar, kami diajak ke pabrik teh yang terletak di depan.

Bangunannya besar dan tua, ups vintage. Saat itu, para pekerja sedang melakukan proses pengeringan daun teh sehingga kami tidak boleh masuk. Bukan takut terganggu, tapii suhu ruangannya benar-benar panas! Duh, kebayang deh pekerjanya sauna gratis, tahan banget!

Sejuk sekali jalan menuju Perkebunan teh, sukaaaa

Ternyata, menikmati segelas teh hijau yang nikmat tadi,  butuh proses panjang dan berliku. Mulai dari menanam dan merawat tanaman teh di perkebunan, memetik daun teh dengan cara khusus dan hati-hati, menjemur daun teh hingga proses pengeringan dan pengemasan. Sarat peluh dan derai cinta disana.

Pak Panut menunjukkan tungku raksasa dengan bahan bakar kayu di luar pabrik. Wow. Ternyata begitu ya, cara mengeringkan daun teh segar tadi.

Perhatian anak-anak dengan mudah teralih ke tumpukan daun teh yang telah dikeringkan. Sebelum proses selanjutnya, daun teh ini dianginkan dulu di atas tikar. Anak-anak girang menyentuh daun teh.

Disini daun teh ditumpuk agar kering
"Hati-hati ya. Daun teh harus diperlakukan baik karena ia memberi kita kesehatan dan kesegaran saat meminumnya," ujar Pak Panut tertawa resah melihat Alde and the gang nyaris melompat ke gundukan daun teh yang nampak empuk. No, no, kiddos! Itu bukan arena mandi bola!

Asyik dapat sekantong teh gambyong produksi Pabrik Kemuning

Alhamdulillah rejeki anak sholehahnya Ibu Nurhayati dari Enrekang dan Pak Deny dari Cianjur, saat pulang piknik, bu guru membagikan gudibeg berisi sekantong teh hitam produksi Perkebunan Teh Kemuning. Tahuu saja bu guru aku mupeng pengen ngeteh daun teh asli yang kualitas ekspor!

Jika ingin membeli teh di TKP juga bisa kok. Borong ajaa buat stok ngeteh di rumah, haha. Alhamdulillah, seru deh ikut piknik Sekolah Kucica dan dapat ilmu tentang tanaman teh dari Pak Panut. 

Photo Courtesy of Ikke, 
Sekolah Kucica









Post a Comment

6 Comments

  1. Ah senang nya anak2, kmrn aku datang ke kemuning hujan badai angin ribut ihik ihik

    ReplyDelete
  2. Teh hitam itu biasanya efektif buat obat diare ya mbak dew, wah senengnya alde bareng kucica halan2 terus ya

    ReplyDelete
  3. Tiap lihat kebun teh, ingat jaman jatek di kebun teh Pagilaran, sebulan mantengin teh Mbak. Jadi kangen baca tulisan ini...

    ReplyDelete
  4. Piknik bareng anak kecil gini menurutku menantang banget ya, Mbak. Apalagi perjalannya sampai 4 jam. Nggak ada yang mabuk ya?

    Ngomong2 soal rasa teh, aku kok penasaran.

    ReplyDelete
  5. Wah...blog baru nih. Hmm...jd ngebayangin reaksi klo pak Panut lihat Alde ma tmn2nya lompat ke tumpukan daun tehnya hehhee..

    ReplyDelete
  6. Alde.. Seru banget!

    Asyik ya jd nambah ilmu seputar teh

    ReplyDelete