Advertisement

Menyapa Ibu Kartini di Museum Kartini Rembang

Bertemu Bu Kartini di Museum Kartini Rembang. Selamat Hari Kartini untuk para perempuan Indonesia. Semoga semangat Kartini terus menginspirasi kita untuk berbuat kebaikan bagi masyarakat sekitar kita ya.


Pas banget momennya untuk menulis tentang Ibu Kartini dan Museum Kartini ya. Sayangnya, aku belum kesampaian nonton Kartini yang diperankan Dian Sastro nih. Katanya film yang disutradarai Hanung Bramantyo ini cukup memikat.


Beberapa waktu lalu, aku dan Tari blusukan di Lasem, Kabupaten Rembang. Kami sama-sekali blank dan hanya berbekal blog teman yang pernah menjelajah Lasem. Untungnya, sahabatku sejak zaman kuliah Ikha, sedang ada di Rembang. maklum mamak pengusaha ini sibuk beud, tahu-tahu lagi piknik di Tokyo atau Amsterdam.


Asyiik, ada Ikha yang jadi pemandu wisata mengajak kami menyusuri Lasem dan Rembang. Salah satu favoritku adalah Museum Pengabdian Ibu Kartini. Saat itu sudah siang. Kalau tidak salah jelang Jumatan. Sebenarnya museum sudah menjelang waktu tutup.


Untungnya, Ikha menghubungi temannya yang bekerja di museum dan kami masih sempat masuk kesana. Horee! Museum ini terletak tak jauh dari pusat Kota Rembang beralamat di Jalan Gatot Subroto No.8 Kutoharjo, Kecamatan Rembang.  Cukup membayar Rp2000 kita bisa masuk dan mnikmati museum ini.

Museum Kartini ada dua lho. Satu di Rembang dan lainnya ada di Jepara. Kedua kota ini memang erat kaitannya dengan kehidupan perempuan cerdas ini. Di Museum Kartini Jepara memajang benda-benda pribadi Kartini saat masih gadis. Sedangkan museum di Rembang, menyimpan benda setelah Kartini menikah dan menjadi istri pejabat.



Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879. Ia anak Bupati Jepara dan hanya sempat mengenyam pendidikan hingga ELS setingkat sekolah dasar. Ia ingin melanjutkan sekolah namun ditentang orangtuanya karena pada masa itu, hanya anak lelaki berhak sekolah. Anak perempuan seperti dirinya hanya boleh hingga SD, apalagi anak perempuan orang biasa yang tidak bisa bersekolah sama sekali.


Kartini lalu membuka sekolah untuk anak perempuan di rumahnya. Ia mengajarkan anak perempuan membaca, menyulam dan berbagai keterampilan lainnya. Kartini muda pun ingin sekali melanjutkan sekolah di Belanda untuk menjadi pendidik yang lebih baik dan ia sudah mendapat beasiswa dari Pemerintah Belanda tapi ia ditentang orangtuanya dan buru-buru dipingit untuk dinikahkan.


Akhirnya, Kartini menikah dengan R.M.A.A Djojo Adiningrat, Bupati Rembang namun ia tetap membuka sekolah untuk anak perempuan di Rembang. Sekolah itu terletak tak jauh dari rumahnya dan hingga kini tetap dijadikan sekolah.


Sementara itu, Kartini yang suka berteman, menjalin korespondensi dengan berbagai orang di Belanda termasuk Nyonya Abendanon yang pernah berkunjung ke Rembang. Kunjungan Nyonya Abendanon ke Rembang, mengubah hidup Kartini dan kedua adiknya, Kartinah dan Roekmini. Ketiganya kerap menulis surat kepada sang nyonya dan bertukar pikiran tentang berbagai hal. Surat Kartini inilah yang dikumpulkan dan dijadikan buku Dor Duisternis Tot Litch oleh Mr. Abendanon tahun 1911. Tujuh tahun setelah Kartini meninggal seusai lahiran.


Museum Kartini di Rembang dulunya adalah rumah dinas Bupati Rembang yang Kartini tempati bersama suaminya saat menjabat Bupati. Ibu Kartini tak lama menempati rumah itu, hanya sekitar setahun karena ia meninggal empat hari setelah melahirkan putra pertamanya. Mengintip museum ini, kita seperti bertemu langsung dengan beliau, pahlawan nasional kebanggaan Indonesia.


Bagaimana tidak, kita dapat menyentuh benda-benda peninggalannya seperti seperangkat meja tulis dan meja makan. Di ruangan pertama, ada lukisan berupa pahatan dari kayu yang bergambar keluarga Kartini. Juga barang pribadi seperti kotak kayu berukir berbagai fungsi. Di ruangan lain, ada  seperangkat piring koleksi Ibu Kartini dan barang pribadi lainnya.

Museum Kartini Rembang
Ruang makan di Museum Kartini Rembang


Masuk ke ruangan belakang, terdapat meja tulis dimana ia menulis surat untuk sahabatnya, Rosita Manuela Abendanon di Belanda. Ya, di museum ini, benda-benda milik Kartini terpajang dengan rapi dan terawat. Kita seperti bertamu ke rumah beliau. Meski tak bisa menemuinya langsung.

Memandangi meja tulis, mesin ketik tua dan seperangkat alat tulis itu, ah aku jadi merinding dan terharu. Disinilah keajaiban tercipta. Buah pkirannya sampai pada kita seratusan tahun kemudian. Membayangkan bagaimana seabad lalu, ia duduk di meja itu dan menuliskan buah pikirannya lewat surat pada sahabat-sahabatnya di negeri seberang.

Museum Kartini Rembang
Lukisan Tiga Angsa karya Kartini

Segala uneg-uneg tentang diskriminasi terhadap kaumnya, dimana perempuan di abad 18, tidak berhak mendapat pendidikan seperti kaum pria yang boleh bersekolah hingga ke luar negeri. Benda-benda ini menjadi saksi bisu pergolakan batin seorang Kartini, perempuan muda yang peka dan peduli lingkungannya.

Di ruang tengah, ada seperangkat meja makan juga koleksi foto-foto Ibu Kartini bersama suaminya,  foto bertiga dengan adik-adiknya. Bahkan ada foto Ibu Kartini sedang membatik. Juga lukisan tiga angsa karya beliau yang indah dan menggambarkan keakraban Kartini dan kedua adiknya. Wow, berbakat seni ya beliau!
Museum Kartini Rembang

Yang menyentuh hati, Ada foto bayi RM Soesalit atau yang ketika lahir diberi nama Raden Mas Singgih, putra Kartini yang tak sempat melihat ibunya. Ia lahir 13 September 1904. Sungguh, bikin terharu. Namun ia pasti bangga dengan semangat ibunya untuk memajukan perempuan. Ada tulisan Kartini tentang putranya itu di sebuah surat Kartini 06 Maret 1904.

Museum Kartini Rembang
Putra Kartini Raden Mas Soesalit

Bila Tuhan mengizinkan, pada akhirbulan September akan datanglah seorang utusan Tuhan akan memperindah lagi hidup kami yang sudah indah ini, akan memperteguh, lebih mempererat tali silaturrahim,, yang sekarang sudah mengikat kami berdua. Kartini.

Mengunjungi museum ini kita makin akrab dengan sosok beliau sebenarnya.
Tak hanya Kartini sebagai pejuang yang mengusahakan sekolah untuk anak perempuan, tapi ia sebagai istri, ibu dan kakak perempuan. Hanya saja, kami nggak menemukan tempat tidur dan bath tub Ibu Kartini, yang kubaca di blog orang yang pernah berkunjung kesana, ada. Mungkin sudah dipindahkan, ya.
Museum Kartini Rembang
Cuplikan pemikiran Kartini yang melampaui zamannya

Dan yang paling penting tentu saja kita makin mengenal beliau lewat pemikirannya yang jauh ke depan, melampaui zamannya. Ya, ada ruangan khusus semacam diorama yang memajang beberapa quote atau buah pikiran Bu Kartini, merupakan kutipan dari buku yang diterjemahkan Armyn Pane yaitu Habis Gelap Terbitlah Terang.
Museum Kartini Rembang
Cuplikan pemikiran Kartini

Di ruangan berikutnya menyimpan berbagai karya dan koleksi pustaka Ibu Kartini, diantaranya buku Dor Duisternis Tot Litch berbahasa Belanda, surat-surat Kartini dalam tulisan tangan hingga tafsir Al Quran berbahasa Jawa yang dihadiahkan seorang Ulama Kyai Soleh Bin Umar dari Darat, Kabupaten Demak.

Museum Kartini Rembang


Museum Kartini Rembang
Tafsir Quran berbahasa Jawa dari Kyai Saleh

Dalam sebuah kisah, disebutkan mereka bertemu di sebuah pengajian di rumah Paman Kartini, Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat. Kartini tertegun setelah sang kyai menjelaskan arti surah Al Fatihah.
Kartini mendalami Quran setelah rajin ikut kajian sang kyai yang akrab disapa dengan Kyai Darat di Demak. Dahulu, Kartini kurang semangat mengaji karena tak tahu arti ayat yang dibacamya.

Kartini ternyata menggugah kesadaran sang kyai untuk melakukan pekerjaan besar yaitu menerjemahkan Quran ke Bahasa Jawa agar dipahami oleh masyarakat di Jawa. Sang Kyai memberikan 13 Juz terjemahan sebagai hadiah pernikahan Kartini yang disebut Kartini kado pernikahan tak ternilai.

Museum Kartini Rembang
Tulisan tangan Ibu Kartini

Sayangnya, terjemahan tidak selesai karena Kyai Soleh meninggal dunia. Berguru pada sang kyai juga mengubah pandangan Kartini tentang Islam yang terlihat dari surat-suratnya. Ia juga banyak mengulang kalimat dari gelap menjadi cahaya yang keliru diterjemahkan Armijn Pane menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Sebenarnya kalimat itu berasal dari Minash Zhulumaati Ilan Nuur dari ayat Quran yang berarti membawa manusia dari kegelapan ke tempat terang benderang alias hidayah. Masya Allah.

Museum Kartini Rembang
Ruangan tempat koleksi surat, buku dan Quran Kartini

Menarik sekali berkunjung ke rumah Kartini dan mengenal dirinya lebih akrab. Beliau yang punya tekad kuat,dan impian yang besar untuk memajukan kaumnya, harus berpulang pada usia 25 tahun. Ia meninggal pada usia muda namun pemikiran dan impiannya banyak menginspirasi perempuan Indonesia dan dunia.Semoga menjadi amal jariyah untuk beliau aamiin.

Museum Kartini Rembang
Pendopo Museum Kartini di Rembang

Oh iya, Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional tahun 1964 oleh Presiden Soekarno. Tak terasa, berjam-jam sudah kami mengunjungi museum ini dan seolah Bertemu Bu Kartini. Ibu penjaga museum sudah gelisah sejak tadi ingin pulang. Baiklah, Mari pulang dan simpan semangat juang Kartini di dada kita selamanya.

Museum Pengabdian Ibu Kartini
Jalan Gatot Subroto No.8 Kutoharjo, 
Kecamatan Rembang
Buka: -Senin-Jumat 08.00-15.00
           -Sabtu-Minggu 09.00-15.00
Harga Tiket Rp2000





Post a Comment

14 Comments

  1. Senang saya bisa baca tulisan ini, Mbak. Jadi serasa ikut dalam wisata museum Kartini.

    Aku suka sama pemikiran Ibu Kartini yang ingin perempuan belajar bukan untuk menjadikan perempuan Jawa itu kebarat-baratan. Kok konteksnya pas banget sama jaman sekarang ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Serasa ikut menjelajah museum dan melihat langsung peninggalan R.A Kartini ya, Mba. Selain ke museumnya aku pengin banget menjelajah Lasem dan Rembang sambil memotret, deh.

      Delete
  2. Aku baru benar-benar mengerti masa kecil Kartini dari film Kartini, lho. Jadi penasaran sama tempat-tempat peninggalan Kartini di Semarang dan makamnya di Rembang.

    ReplyDelete
  3. Pengen banget main keisni.belum kesampean mbak

    ReplyDelete
  4. Wah aku baru tahu museum bu kartini ada 2 di jepara dam rembang, pengen kesana jadinya, makin ngefans ama bu kartini cerdas lahir batin, dan InsyaAllah syahid meninggal habis melahirkan, dan MasyaAllah karya tulisannya masih menginspirasi pe sekarang, di film surat cinta untuk kartini diceritakan bahwa ibu kartini wafat sehabis melahirkan dan berumah tangga hanya setahun lebih dikit, di film kartini yang sekarang disorot korepondensinya, bertemu dengan kyai soleh darat, dan interaksi dengan 2 adiknya, nonton mbak dew rame pokoknya harus 22nya ditonton tapinya ya 😊

    ReplyDelete
  5. Berasa ke sana beneran ini :-D
    aku belum pernah ke museum itu tapi pernah ke Rembang, semoga lain kesempatan bisa ke sana aamiin.

    ReplyDelete
  6. Aku baru tahu kalau di Rembang ada juga Museum Kartini, Mbak. Setahuku ya hanya di Jepara.

    Sumpah, aku baru tahu kalau meninggalnya Ibu Kartini setelah beberapa hari melahirkan anaknya. Kasihan sekali anaknya, ya, Mbak. Aku jadi ikut terharu baca tulisan, Mbak Dew, ini.

    ReplyDelete
  7. Wah saya pun baru tau kalau ada Museum Kartini. Senang juga lihat2 peninggalan Kartini. Banyak juga ya yang dipamerkan di museumnya.

    ReplyDelete
  8. Aku belum pernah ke museum ini mba, mupeng lihat karya beliau :)

    ReplyDelete
  9. Ulasannya lengkap. Barang-barang peninggalan RA. Kartini masih terawat dengan baik,serasa sedang berkenalan dengan RA. Kartini.

    ReplyDelete
  10. Saya sudah berkali-kali ke Jawa Tengah.
    Namun belum pernah sekalipun ke Rembang, apalagi ke Museum ini.
    Ingin juga sekali-sekali beranjang sana ke tempat ini

    Salam saya

    ReplyDelete
  11. murah ya mba tiketnya untuk bisa mendaatkan pengalaman sebesar itu... mampir ah kalau suatu waktu sampai ke sana... Biar bisa ketemu ibu kartini.. :-)

    ReplyDelete
  12. Marinding bacanya.. Bayangin jaman Kartini dulu.

    Smg kapan2 bisa datang kesana

    ReplyDelete
  13. museum ini dekat dengan rumah asal ibu saya.
    pernah ke sana, waktu itu saudara saya masih menjadi guide di museum tersebut.
    saya sempat melihat kamar dan kamar mandinya yang ada bathtub legendaris itu.

    ReplyDelete