Advertisement

Monod Huis di Jalan Kepodang, Kota Lama Semarang, Riwayatmu Kini

Monod Huis di Jalan Kepodang,  Kota Lama Semarang, Riwayatmu Kini. Dear Pejalan Santai, mari mengubek-ubek Kota Lama Semarang yang keunikannya nggak habis untuk digali.


Selalu ada hal yang baru di Kota Lama.
Kota yang berdiri sejak zaman Kolonial Belanda sekitar tahun 1677 ini dijuluki Little Netherland. Dibangun untuk menuntaskan rasa kangen orang Belanda yang merantau ke Semarang.

Sudah ratusan tahun berlalu. Orang-orang sudah pergi. Tapi jejaknya masih tersimpan di sini sebagai bahan pelajaran dan renungan.

Saat ikut workshop Wisata dan Kuliner bersama Kemenpar RI beberapa waktu lalu, kami mendapat kesempatan untuk menjelajah Kota Lama Semarang dan belajar membuat itinerary trip untuk wisatawan asing.


Dengan berjalan kaki, kami menjelajah sisi lain Kota Lama Semarang di siang bolong, hihi. Bersama Mas Ari anggota Badan Pengelola Kawasan Kota Lama alias BPK2L, kami blusukan untuk mengenal Jalan Kepodang lebih dalam. Capek, panas tapi seru. Banyak hal seru kami dapatkan hari itu. Juga foto-foto Instagramable. Hihi.


Biasanya, menyebut Kota Lama Semarang, ingatan terpatri pada Gereja Blenduk, Taman Srigunting dan Pasar Klethikan. Namun ternyata, ada sisi lain Kota Lama yang jarang terekspos dan tak kalah menarik.

Salah satunya adalah Jalan Kepodang di Kota Lama Semarang. Di jalan ini banyak gedung tua yang direstorasi dan digunakan lagi. Seperti gedung Bank Mandiri yang dibangun 1910 oleh Maskapai Perdagangan Belanda alias Nederlandshe Handel Maatschappij. 




Ya, saat ini, Pemerintah Kota Semarang sedang gencar merenovasi dan mengenalkan Kota Lama Semarang. Tak heran, Kota Lama Semarang berdandan cantik. Kian berbenah.

Banyak Gedung tua dipugar, diadakan berbagai kegiatan menarik berpusat di Kota Lama seperti Biennale Jateng, pameran seni di Kota Lama yang diadakan rutin. Atau Festival Kota Lama yang diadakan akhir bulan September.

Jalan Kepodang atau dulu dikenal dengan Hogendorp Straat adalah jalan utama yang di dalamnya berdiri berbagai bank dan kantor perusahaan besar.


Sebelum ditata, kawasan Jalan Kepodang termasuk kumuh, banyak pedagang kaki lima bahkan pedagang ayam di sana. Sabung ayam jadi hal lazim. Namanya pun lebih dikenal sebagai Gang Ayam. Daerahnya juga agak rawan.

Kini, Setelah didandani BP2KL yang diketuai Wakil Walikota Semarang Ibu Hevearita G. Rahayu serta banyak pihak yang concern, Jalan Kepodang asyik dikunjungi.

Kita bisa menemukan berbagai spot foto menarik, yang Instagramable, hehe. Artistik. Tak ada lagi sabung ayam. Pasar ayamnya sudah dipindahkan ke dekat Pasar Johar.

Di sana, kita bisa berfoto dengan latar belakang gedung tua yang ditumbuhi akar pohon. Agak menakutkan tapi artistik.

Tak jauh dari sana, ada Gedung Monod Huis atau Gedung Oei Tiong Ham yang hampir selesai dipugar. Ya, Di Kota Lama Semarang, berdiri kantor saudagar gula terkaya di Asia Tenggara, Oei Tiong Ham. Ia dijuluki raja gula dengan kekayaan 200 milyar rupiah.

Dulunya, Kantor pusat kongsi dagang Kian Gwan ini milik Ayah Oei Tiong Ham, Oei Tjie Sien berada di Jalan Kepodang ini.


Gedung Monod Huis ini merupakan peninggalan kolonial Belanda. NV Handel Mij Kian Gwan didirikan di Semarang 1 Maret 1863 oleh Oei Tjie Sien. Nama Kian Gwan artinya Sumber dari segala kesejahteraan. Harapannya tentu agar perusahaan mereka besar dan makmur. 

Perusahaan dagang ini bergerak di bidang ekspor impor gula, kapas, coklat, kopi dan lada. Setelah Oei Tjie Sien wafat, perusahaan ini diwariskan kepada anak laki-lakinya, Oei Tiong Ham.

Setelah dikelola anaknya dan memproduksi gula, perusahaan mereka makin berkibar hingga Asia Tenggara.  Anaknya menjadi raja gula terkaya dengan perusahaan Oei Tiong Ham Concern.

Restorasi gedung ini dimulai Maret 2016, membutuhkan waktu lama karena pemugarannya tidak mudah. Bangunan ini tidak menggunakan semen seperti lazimnya bangunan saat ini. Tapi, hanya kapur dan batu bata dihaluskan, menurut cerita Mas Ari.

Bagian dalam gedung ini membuatku terkesima. Ada tangga kayu jati berusia ratusan tahun. Harganya tentu luar biasa mahal sekarang. Belum lagi kaca-kaca yang cantik, juga lantai dengan keramik kuno. Butuh waktu lama untuk membersihkan kerak yang menempel di lantai.

Semuanya masih asli, jika ada kusen yang rusak, misalnya. Pekerja harus berburu bahan yang mirip dengan yang asli, tidak boleh pakai yang baru agar keaslian gedung terjaga.

Rencananya, Monod Huis ini akan dijadikan sebagai kafe dan galeri jika selesai dipugar. Kita juga bisa menyewa sepeda ontel untuk berkeliling Kota Lama.

Serunya lagi, setiap Hari Senin, Kamis, dan Sabtu malam, diadakan pertunjukan musik Gema Kroncong yang berlangsung selama tiga jam sekali pentas. Acara ini digelar di depan gedung Monod Huis Kota Lama Semarang. 

Mei 2017 lalu, pelataran Monod Huis bahkan dijadikan tempat konser jazz memperingati Hari Jazz Internasional. Pengunjung dimanjakan alunan musik jazz dari tiga band jazz Semarang yaitu Delight, DD Kids, dan Kitty Fatty. Acara pun berlangsung meriah. 

Selain naik sepeda ontel, kita juga bisa naik becak wisata lho untuk mengelilingi Kota Lama Semarang dan mampir di berbagai gedung bersejarah termasuk Monod Huis. Seru!

Sayangnya, banyak pemilik gedung bersejarah di Kota Lama Semarang ini tak diketahui keberadaannya. Dari 150 gedung, baru 28 gedung yang terdata pemiliknya. Semoga kawasan Kota Lama Semarang makin cantik ya dan menjadi tujuan wisata ternama di Indonesia.





Post a Comment

6 Comments

  1. Aih mbak...baca artikel ini saya jadi kangen keluyuran lagi di kota lama Semarang...
    Bangunan-bangunan lama yang menarik untuk diamati...
    Moga saya bisa berkunjung kesana lagi suatu waktu.

    Salam,

    ReplyDelete
  2. Itu gedung yang ada akarnya nempel di dinding tempat ngehits banget buat foto-foto ya mbak, hahahaaa... aku pun udah pernah foto di sana :D

    ReplyDelete
  3. Seperti halnya kota tua di Jakarta, saya suka deh lihat kota-kota seperti ini. Gedungnya cantik-cantik :)

    ReplyDelete
  4. Kota lama Semarang sekarang jadi lebih cantik, setelah 3 tahun gak mudik. Tahun 2016 kemarin pas mudik kaget juga liat perkembangan kampung halamanku. Apalagi akhir-akhir ini makin bagus lagi. Liat dari IG pak walikota

    ReplyDelete
  5. ajak aku trip ke semarang mbakkkk :)) aku suka kota lama semarang ini.

    ReplyDelete
  6. Beberapa minggu lalu, saya juga baru main ke kota lama Semarang. Sebagai orang yang pernah tinggal di Semarang jaman dulu, memang kota lama ini sekarang jauh-jauh lebih menyenangkan. Tidak melulu terkesan angker. Malah asyik. Lebih rapi dan banyak sudut-sudut yang menarik. Semoga keseriusan pemerintah daerah dalam memelihara kawasan ini bisa meningkatkan kunjungan wisata di kota ini yaaa ... Gak sabar untuk berkunjung lagi ke Semarang secepatnya :-)

    ReplyDelete