Wonderful Indonesia, Mengintip Museum Pusaka di Keraton Kasepuhan Cirebon. Dear Pejalan Santai, kali ini, aku mau mengajak kalian piknik ke Keraton Kasepuhan di Cirebon.
Keraton Kasepuhan Cirebon |
Cirebon adalah salah satu kota yang asyik untuk dikunjungi. Wisatanya cukup lengkap, kekayaan alam, budaya, hingga sejarah dan kulinernya. Senang banget, akhirnya aku bisa mengunjungi keraton yang terawat ini.
Kesultanan Cirebon yang merupakan kerajaan Islam adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia. Keraton ini merupakan keraton tertua di Cirebon, ada dua keraton lain yaitu Keraton Kanoman dan Keraton Kacirebonan.
Seperti layaknya keraton, biasanya terletak di dekat alun-alun kota dan masjid agung. Begitu pula dengan Keraton Kasepuhan ini. Keraton ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Cirebon.
Gazebo di pelataran Keraton Kasepuhan Cirebon |
Berisi dua komplek bangunan yaitu Dalem Agung Pakungwati dan Kompleks Keraton Pakungwati. Ketika kami tiba, kami disambut oleh seorang abdi dalem yang menjadi pemandu wisata kami hari itu.
Ia menjelaskan silsilah Kesultanan Cirebon diantaranya ada Sunan Gunung Jati yang berayahkan orang Mesir, menikah dengan Ratu Dewi Pakungwati Binti Pangeran Cakrabuana. Dari nama beliau lah, nama kedua bangunan ini diambil.
Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon |
Ada beberapa bangunan semacam gazebo di halaman keraton. Terbuat dari kayu jati yang hingga kini nampak kokoh. Ada tulisan tahun dibuatnya lho. Sekitar tahun 1800-an. Wow. Asyik duduk-duduk di sana karena temboknya terasa sejuk.
Di dekat gazebo, ada simbol lingga dan yoni terbuat dari batu yang melambangkan kesuburan. Kami pun masuk ke keraton mengikuti bapak pemandu yang mengenakan blangkon.
Peti dari Mesir |
Tak jauh dari gerbang keraton, kami berdiri di sebuah depan gedung baru berdinding putih bertuliskan Museum Pusaka Keraton Kasepuhan. Wah, ada museumnya!
Ulala, ternyata museum ini baru diresmikan oleh Sultan Keraton Kasepuhan Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat pada tanggal 10 Juni 2017.
Situs Sirara Denok |
Museum ini menyimpan benda peninggalan dari zaman Pajajaran akhir, Sunan Gunung Jati, Panembahan hingga era Kesultanan dari Sultan Sepuh I.
Untuk masuk museum, kita membayar cukup mahal yaitu Rp25.000 per orang di loket yang tersedia. Begitu melewati pintu masuk museum, udara dingin langsung menyerbu. Wah, museumnya dilengkapi pendingin ruangan.
Museum Keraton Kasepuhan Cirebon |
Ada tulisan tercetak di dinding bertuliskan “Kita ada karena leluhur kita ada, Hormati dan Rawatlah Pusakanya, Tauladani Gemilang Sejarahnya,”
Aku mengintip. Bagian dalamnya pun tampak indah. Ada sebuah gerai kecil tempat menjual souvenir bertuliskan Keraton Kasepuhan Cirebon. Barang yang dijual diantaranya kaus, bantal kecil dan mug. Cakep-cakep barangnya.
Kami melewati penjaga karcis dan masuk ke dalam ruangan museum. Barang-barang pusaka peninggalan keraton ditata menarik dan indah.
Baju pelindung |
Ada yang diletakkan di dalam rak kayu bertutup kaca. Lengkap dengan keterangan tentang benda pusaka tersebut. Jadi biarpun tanpa pemandu, kita bisa menikmati isi museum ini dengan baik.
Gamelan antik |
Barang pusaka yang dipajang diantaranya berbagai keris dan senjata tajam, tempat jamu, baju prajurit dan banyak lagi. Oh iya, dipajang pula keris brojol kalau tidak salah untuk diletakkan di dekat perempuan yang akan melahirkan agar lancar persalinannya, hehe.
Ruangan Museum Keraton Kasepuhan Cirebon |
Ada pula peti berukir yang indah sekali dari Mesir dibawa oleh Sultan Syarief dibuat pada abad ke-15. Wow. Berapa ribu kilometer jaraknya peti itu berlayar sampai ke Cirebon, ya. Barang-barangnya indah dan terawat sekali. Keren banget pengurus keraton ini.
Yang paling terkenal, tentu saja kereta kencana Keraton Kasepuhan Cirebon yang juga terpajang di tengah museum. Namanya Singa Barong, kereta kencana peninggalan abad ke-16. Keretanya nampak gagah dan berwibawa. Dengan ukiran yang cantik dan detil. Tak disangka, keretanya dibuat tahun 1549.
Batu Gilang |
Singa Barong ada dua kata yaitu Singarani yang memberi nama dan Barong yang artinya bersama-sama. Ukirannya melambangkan tiga hewan yaitu gajah, garuda dan naga. Wow. Tiap tanggal 1 syawal, Kesultanan Cirebon mengadakan festival tapi yang dikeluarkan adalah Singa Barong Replika.
Kereta Kencana Singa Barong |
Yang menarik pula, ada Batu Gilang Peninggalan Sunan Gunung Jati. Batu berbentuk persegi panjang ini adalah bagian dari bangunan Gedong Si Rara Denok, patilasan Keraton Dalem Agung Pakungwati. Batu ini berfungsi sebagai penunjuk arah kiblat.
Di tengah museum, ada situs Sirara Denok yang merupakan sisa reruntuhan Gedong Nyi Rara Denok yang dibuat abad ke-24. Bangunan itu dulunya tempat penyimpanan barang-barang pusaka Kesultanan Cirebon.
Bangunan utama Keraton Kasepuhan Cirebon |
Puas mampir di museum, kami melanjutkan perjalanan menuju bangunan keraton. Ada masjid di dalam kawasan Keraton Kasepuhan namanya Masjid Cipta Rasa yang bangunannya terbuat dari kayu. Unik banget.
Keraton Kasepuhan memang yang paling terawat dibandingkan keraton lain di Cirebon.
ReplyDeleteAku penasaran dg Cirebon. Pengen maen sendiri ke sana. Skrg maennya lewat blog walking dulu. Hehe
ReplyDeleteWah.. liputannya lengkap. Makasih ya mbak. Ak tau dan pernah berkunjungnya baru kraton kasunanan surakarta dan jogjakarta. Smohga bsk bs berkunjung jg ke cirebon...
ReplyDeleteCakep yah museumnya...aku pernah ke sini tapi nggak sempat masuk museum... Oya..semoga sukses di lombanya ya..
ReplyDeleteSeneng deh liat museum yg terawat gini. Bikin betah pengunjungnya.
ReplyDeleteWah pernah ke cirebon jg ya mbak. Mantap deh
ReplyDeleteAku belum pernah ke museumnya nih mbak, keren ya museumnya...terima kasih infonya mbak
ReplyDeleteWah, lengkap banget... Seru juga ya jalan2 ke museum gini, dapat banyak pengetahuan
ReplyDelete2x ke Cirebon, saya belum pernah mengunjungi wisata sejarahnya kecuali ke Goa Sunyaragi. Waktu itu memang cuma pengen kulineran. Cirebon kulinernya banyak yang enak
ReplyDeleteAku ke Cirebon entah berapa kali, tapi gak mampir ke Keraton Kasepuhan
ReplyDeleteSudah berapa lama aku gak ke Keraton Kasepuhan Cirebon yaa...?
ReplyDeleteDulu,
Aku sempat tinggal di Cirebon 3 tahun, mba...dan tentu...Keraton jadi salah satu tempat wisata favoriit...karena bisa sekalian minta beliin gelang perak sama Ibu.
Hiihii~
Kayanya sekarang souvenirnya makin kece pasti yaa...
baru pernah sekali aja ke cirebon dan itu pun belum sempat explore kotanya. padahal pengalaman pertama ke cirebon itu menyenangkan banget, jadi penasaran pengen jalan-jalan ke sana lagi
ReplyDeleteMuseumnya terawat banget ya Mbk. Aku belum keturutan jalan2 ke cirebon nih
ReplyDeleteMasuk list ah. Habis dari Keraton, bisa cari kuliner lezat khas Cirebon Empal Gentong.
ReplyDeleteDi Indonesia banyak juga ya.. tempat-tempat bersejarah. Dan saya selama ini kemana saja yaks? Ternyata di Cirebon juga ada sebuah Keraton yang wajib dikunjungi juga.
ReplyDeletesaya yg orang kuningan (cuma setengah jam atau 1 jam ke cirebon) malah belum pernah kesini
ReplyDeleteMenarik nih museumnya mba. Ak blm pernah loh kesana. Batu sunannya menarik jg y.. It gmn ngarahin kiblatnya? Bisa gerak sendiri? Tiba2 kepo. Hhaa
ReplyDeleteNenek moyang kita itu kayak para filsuf dan pemikir ya Mbak. Selalu mengedepankan simbol-simbol yang ternyata bisa kita baca dan maknai hingga sekarang. Di Keraton Jogja pun demikian. Kuat maknanya. Hingga melintasi zaman.
ReplyDeleteWah tempatnya asyik ya mba. Di sini bisa sekalian belajar sejarah. Lihat-lihat barang peninggalan dari zaman kerajaan zaman dulu. Seruuuu :)
ReplyDeleteJalan2 ke temoat sdjarag itu emang double double manfaatnya yaa. Selain itu harganyapun lebih terjangkau. Kapan ya says bisa main ke Cirebon, hehe.
ReplyDeleteSeperti flashback baca tulisan mba Dedew, lengkap dan informatif. Aku suka sejarah dan cinta sejarah, ntar deh kalau ke jogja mampir sini
ReplyDeleteWaktu kecil padahal aku sering ke Cirebon tapi jarang mampir juga ke Museumnya malahan baru tahu isinya museum karena baca blog mba wkwkwk...klo ke Cirebon sih aku seringnya ke Garage Moll sama ke Kanoman apa ya itu yg pasarnya :p
ReplyDeleteDari dulu pengen banget ke museum ini tapi nggak bisa melulu. PAdahal kondisinya kan deket juga ya dari Jakarta. INdonesia memang indah ya mba
ReplyDeleteselain keraton kesepuhana da juga keraton kanoman dan keraton kacirebonan mbaa... di kanoman juga banyak benda pusaka cuma memang gak sebagus di kasepuhan perawatannya
ReplyDeletemuseumnya bersih dan terawat. by the way, apa pemandu selalu stand by nemenin keliling? kalau ga ada pemandu, aku ga paham tentang pusaka.
ReplyDeleteTertata rapi ya museumnya. Belum pernah ke Cirebon nih. Kapan2 ajakin jalan-jalan santai ke sana ya Dew :)
ReplyDeleteTeh pas aku lihat baju pelindungnya, duh kayak ada aura gimana gitu ahahhah. Namanya juga museum kok ya. Aku belum pernah ke sini teh, pengen kapan-kapan ah
ReplyDeleteCirebon tempatku menuntut ilmu nih mba. Pernah ke sana baru sekali
ReplyDeleteaku setuju kak, jarang2 ada museum yang bagus dan tertata cukup rapi kayak gini kak. mentok2 biasanya yang bocor laah, yang ah sudahlah.. ini keren !
ReplyDeleteBulan puasa kemarin sempat main kesini bersama dengan beberapa blogger dan emang paling suka jalan-jalan ketempat bersejarah gini ya mbak.
ReplyDeleteSaya kalo ke cirebon cuma lewat aja di depan gerbang Sunan Jati.
ReplyDeleteAhya itu Gedong Nyi Denok kok abad 24 Mbak? Bukannya sekarang baru masuk abad 21 ya...
Bangga sebagai penduduk Indonesia yang selalu merawat nilai-nilai dari leluhur, termasuk barang pusakanya.
ReplyDeleteYang harus ditanamkan anak anak jaman now yaitu meneladani gemilang sejarah nenek moyang jaman dulu. Agar mereka lebih menghargai fasilitas yang ada saat ini.
Cirebon emang banyak museum..ya..., Belum pernah mampir kesana...
ReplyDeleteSemoga hal2 seperti ini juga menarik wisatawan asing...dan kita juga harus berwisata kesana..biar tambah wawasan...soal zaman dulu..
Hi Kak!
ReplyDeleteSeneng deh kalau tahu ada museum yang bersih dan terawat seperti ini.
Baca tulisanmu juga mengingatkan dengan travel list cirebon aku yang belom kesampaian sampai saat ini hehehe. Nanti kalo ada kesempatannya aku mampir juga ah kesini.
Thanks for share ya, Kak!
Cheers,
Dee Rahma