Halo Pejalan Santai,
Tidak banyak daerah yang masih memegang teguh tradisi dan adat-istadat mereka. Salah satunya adalah Tana Toraja. Jadi nggak salah kalau Pejalan Santai mengeksplorasi daerah ini.
Desa Kete' Kesu Tana Toraja |
Maklum, karena di sana tinggal keluarga kakak Mamaku. Mereka sudah menetap puluhan tahun di sana. Hingga kini, sepupuku masih banyak lho yang tinggal di Makale, ibukota Tana Toraja.
Tak jarang, kami sekeluarga juga pergi dengan keluarga besar yang terdiri dari Om, Tante dan sepupu-sepupuku. Kami menyewa bus besar. Benar-benar piknik yang seru. Sepanjang perjalanan ngobrol dan nyanyi-nyanyi diiringi gitar. Biar nggak ingat kalau jalanannya seram, haha. Soalnya, jalanan menuju Tana Toraja benar-benar menguras adrenalin.
Suasana Desa Adat di Tana Toraja |
Dengar-dengar, sekarang sudah ada rute pesawat dari Makassar ke Rantepao untuk mengakomodasi minat turis yang semakin bertambah. Perjalanan dengan bus atau kendaraan pribadi biasanya membutuhkan waktu sekitar 8-9 jam dari Makassar. Sedangkan naik pesawat hanya 2 jam saja. Berani nggak uji nyali naik pesawat kecil? Hehe.
Kabupaten Tana Toraja masih memegang teguh adat-istiadat leluhurnya. Masyarakat Toraja adalah orang pegunungan yang memiliki kepercayaan kuat mengikuti leluhurnya. Mulai dari pesta pernikahan hingga upacara kematian/penguburan dilakukan dengan khidmat.
Kabupaten Tana Toraja masih memegang teguh adat-istiadat leluhurnya. Masyarakat Toraja adalah orang pegunungan yang memiliki kepercayaan kuat mengikuti leluhurnya. Mulai dari pesta pernikahan hingga upacara kematian/penguburan dilakukan dengan khidmat.
Di sana, Ada banyak tempat wisata budaya dan religi yang unik dan menarik. Yang terbaru, ada Patung Yesus besar di atas bukit, menyerupai yang ada di Brazil. Kebayang kan, pemandangannya?
Salah satunya adalah Kete' Kesu.
Desa Kete' Kesu berada di Kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Berlokasi sekitar 14 km dari Makale.
Desa adat yang menjadi tujuan wisata ini indah sekali. Dalam perjalanan menuju Kete' Kesu saja kita sudah disuguhi pemandangan alam yang indah. Termasuk persawahan dan perbukitan. Udaranya pun sejuk karena berada di daerah pegunungan.
Sudah pernah melihat tongkonan? Indah dan unik sekali, ya! Salah satunya bisa kalian lihat di Anjungan Sulawesi Selatan di TMII Jakarta.
Di area Kete' Kesu ada enam tongkonan atau rumah adat khas Toraja yang memajang deretan kepala kerbau di tiang rumah sebagai lambang kemakmuran. Semakin banyak tanduk kerbau dipajang di tongkonan, semakin makmur dan terpandang pemiliknya.
Ya, tanduk kerbau menjadi lambang kemakmuran masyarakat Tana Toraja. Tak heran kalau, harga kerbau sangat mahal mulai dari puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Selain tongkonan yang diperkirakan berusia 300 tahun, ada juga 12 lumbung padi untuk persediaan bahan makanan penduduk desa adat.
Oh iya, saat kalian berada di kawasan Kete' Kesu, selalu patuhi peraturan yang ada ya. Karena berbuat sembrono di tempat ini bisa mengakibatkan kalian terkena hukum adat.
Ritual Adat Rambu Solo cukup rumit |
Nah, tak jauh dari tongkonan, ada kuburan kuno yang berada di tebing. Namanya adalah Bukit Buntu Kesu. Ada menhir penunjuk arah menuju kuburan tebing ini dari Desa Kete' Kesu. Tahu tidak, usia makam ini sudah 700 tahun lho!
Ya, disinilah jenazah dan tulang-belulang jenazah orang Tana Toraja turun-temurun diletakkan. Aku pernah diajak masuk gua menemani Tante dari Jakarta. Ia sangat tertarik keunikan budaya Tana Toraja. Baru di mulut gua, aku sudah kabur karena melihat ada peti rusak termakan waktu, berisi tengkorak dan tulang-belulang orang sudah meninggal. Langsung gemetar tubuhku!
Para bangsawan dan orang terpandang, jenazahnya diletakkan di bagian atas tebing sedangkan orang biasa di kaki bukit. Setiap orang yang meninggal dibuatkan boneka dari kayu dengan pakaian yang biasa dikenakan almarhum semasa hidupnya.
Deretan boneka yang disebut Tau-Tau ini dipajang di celah batu di bagian atas tebing. Bahkan ada yang diberi jeruji besi karena ada tangan jahil yang suka mencuri boneka ini. Konon, harganya mahal. Selain boneka, juga nampak peti mati atau Erong diletakkan di tebing. Selain di Kete' Kesu, kita bisa melihat makam di tebing seperti ini di Londa.
Suasana Upacara Rambu Solo |
Menurut adat Toraja, upacara kematian sering dirayakan lebih meriah daripada pesta pernikahan. Setiap bulan Juli dan Desember adalah bulan meriah karena jadwal berlangsungnya upacara kematian, Rambu Solo.
Menurut kepercayaan, tanpa diadakan upacara penguburan Rambu Solo, maka akan menimbulkan kemalangan bagi keluarga yang ditinggalkan almarhum. Sebelum dilangsungkan upacara, jenazah dianggap orang sakit sehingga dilayani dan diberi makan dan minum layaknya masih hidup. Keberhasilan upacara ini dianggap menentukan masih almarhum apakah arwahnya gentayangan atau sampai ke Nirwana.
Upacara Rambu Solo diadakan oleh seluruh lapisan masyarakat Tana Toraja. Jadi, tak hanya kaum bangsawan saja. Biasanya upacara dimulai siang hari setelah pukul 12.00, saat matahari mulai menurun. Meriahnya acara serta jumlah kerbau dan babi yang disembelih, tergantung pangkat dan kedudukan almarhum saat masih hidup.
Masyarakat Tana Toraja percaya dengan menyembelih kerbau, arwah almarhum lebih cepat berada di surga. Semakin banyak kerbau yang disembelih, menunjukkan kedudukan keluarga di masyarakat.
Para bangsawan Tana Toraja biasanya menyembelih 25 hingga 100 ekor kerbau. Bahkan ada yang menyembelih Tedong Bonga, kerbau bule atau kerbau putih yang mahal harganya.
Para bangsawan Tana Toraja biasanya menyembelih 25 hingga 100 ekor kerbau. Bahkan ada yang menyembelih Tedong Bonga, kerbau bule atau kerbau putih yang mahal harganya.
Tak perlu undangan khusus untuk menghadirinya. Upacara ini termasuk rumit, banyak ritual adat, dan persiapannya dilakukan selama berbulan-bulan. Butuh waktu, tenaga dan dana yang tidak sedikit, ya. Tak heran, kalau upacara ini menjadi atraksi yang menarik para turis asing dan domestik.
Upacara Rambu Solo layaknya pesta dengan dekorasi merah menyala. Para tamu dijamu dengan suguhan makanan dan minuman yang melimpah. Tak ada habisnya. Para tamu duduk di bangunan yang terbuat dari bambu dan disuguhi berbagai makanan dan minuman tradisional.
Upacaranya nampak mewah dan megah. Walau begitu, Upacara ini bukan untuk bermewah-mewah tapi sebagai penghormatan kepada para leluhur.
Sumber Foto:
Raiyani Muharramah
Sumber Foto:
Raiyani Muharramah
Itu 'kan Rambu Solo hanya diadakan 2x dalam setahun. Jadi, misalnya ada anggota keluarga yang wafat di luar bulan itu, tetap upacara kematiannya diadakan di bulan Juli atau Desember?
ReplyDeleteBeragam cara dan budaya yg dilakukan sebagai wujud penghormatan untuk leluhur ya.
ReplyDeleteSungguh Indonesia ini KAYA!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Aduh aku menikmati setiap kata demi kata. Senangnya kalau ada yang traveling dan bercerita detail seperti ini ya. Jadi terasa aku ke Tana Toraja, masuk ke Desa Kete Su lihat Tau tau...
ReplyDeleteTerimakasih banyak sharingnya. Sering sering yaaa
Toraja salah satu tempat yang pengen aku kunjungin. Wah enak donk mbak ada saudara di sana jadi paling gak ada alasan ke sana dan balikm hihihi.
ReplyDeleteToraja ini emang menarik ya kalau berhunungan dengan kematian dan pemakamannya tentu saja jg budaya lainnya :D
Aku pernah membaca cerita tentang upacara kematian ini. Banyak yang bilang menghabiskan dana tapi satu sisi ada yang harus tetap dilestarikan. Menarik pengalamannya mba :)
ReplyDeleteTana Toraja, destinasi impian banyak traveller.
ReplyDeleteNgarep banget someday akhirnya bisa dateng ke spot ini.
Trus, bisa pula ngepasi event upacara Rambu Solo.
Aamiin.
Toraja punya daya tarik sendiri yang mampu menarik para wisatawan. Termasuk aku nihhhh...
ReplyDeletewah kerbau yang disembelih bisa sampai 100, butuh biaya besar sekali ya mbak.
ReplyDeleteYuk Mbak, kita barengan ke Toraja. Kapan rencananya? Saya pun lagi nyari waktu senggang dan dana yang cukup supaya bisa ke sana.
ReplyDeleteTana Toraja salah satu destinasi yang masih dalam wish listku, pengen banget datang kesana melihat kebudayaan Tana Toraja.
ReplyDeleteAku punya sepupu yang nikah sama orang Toraja. Dan sedikit ngerti tentang Rambu Solo ini. Tradisi yang luar biasa. Termasuk mahal juga ini upacaranya
ReplyDeleteOalah, pantas aja ya harga kerbau cukup tinggi di sana, karena tanduk kerbau menjadi lambang kemakmuran masyarakat Tana Toraja.
ReplyDeleteAdat budaya Indonesia emang kefen banget mba.. salah satu yg kaya adat ya Tana Toraja ini
ReplyDeleteKmarin waktu kesana gak kedapetan upacara kyk gini. ... Takut aku malah mba haha ke Sana cukup sekali hiks,, jauh banget ternyata dari bandar udara
ReplyDeleteAku gak ngebayangin mba, kalau aku di posisimu lihat peti jenazah yang termakan waktu plus isinya yang sudah menjadi tulang. Rasanya aku gak bisa tidur berhari-hari karena terbayang-bayang
ReplyDeleteSetiap daerah punya tradisi dan adatnya masing-masing yang unik, termasuk upacara kematian rambu solo di Tana Toraja. Tradisi yang unik dan harus dilestarikan
ReplyDeleteMba keunikan ini kan butuh biaya ga sedikit. Kalau buat yg g mampu gmn ya
ReplyDeleteKalo toraja jangan ditanya merupakan kota yang paling unik dan khas. Budayanya, makanannya dan tradisinya
ReplyDeleteAh iyaa ya mbak, makin banyak tanduk kerbau yang dipajang di Tongkonan menunjukkan keluarga tersebut makmur. Harganya mahal banget untuk satu tanduk aja
ReplyDeleteaku tahu Rambu Solo dari buku cerita anak. Ingin menyaksikan langsung ke sana. Belum kesampaian nih main ke Tana Toraja. Budayanya unik dan tergolong "mahal"
ReplyDelete100 kerbau ini sih biayanya lebih mahal dari biaya pernikahan rakyat mayoritas Jakarta. Bener gak sih Mbak? Saat Rambu Solo ini apakah hanya orang dewasa yg bisa datang menonton atau anak2 juga?
ReplyDeleteAku yang orang asli Sulawesi Selatan belum pernah menyaksikan langsung
ReplyDeleteHanya lihat dari foto atau video kiriman teman di FB
Mau ke sana saksikan langsung masih merasa rempong kalau bawa balita
Toraja memang memiliki adat istiadat yang lain dari yang lain ya mba
ReplyDeleteSelalu terkesima membaca cerita tentang toraja. Pengen kesana deh, meski ada sih takut-takutny hehehe.
ReplyDeleteHukum adatnya seperti apa kalau sembrono di Kete' Kesu, Mbak. Tetapi, ada atau tidak ada hukuman memang sebaiknya harus menghormati aturan di tempat, ya
ReplyDelete