Dear Pejalan Santai,
Saat piknik ke Lampung beberapa waktu lalu, rombongan blogger sempat mampir ke masjid tertua dan bersejarah di sana yaitu Masjid Jami' Al-Anwar Bandar Lampung.
Tadinya, kami tak ada rencana singgah tapi ternyata waktu salat sudah sangat mepet dan kami pun memutuskan singgah ke sini. Ternyata, keputusan itu tepat karena kami jadi bisa menikmati suasana masjid yang damai dan tentram ini. Kami malah berlama-lama duduk menikmati bangunannya, hehe.
Baca Juga: Taman Purbakala Pugung Raharja
Masjid dengan arsitektur unik dan didominasi warna putih dan hijau ini beralamat di Jalan Laksamana Malahayati No. 100, Bandar Lampung. Saat memasuki masjid, terasa betapa tenang dan damainya suasana dalam masjid. Tak disangka, masjid yang terawat dan bersih ini telah berdiri hampir 200 tahun.
Masjid ini menjadi saksi bisu kerja keras para ulama menyebarkan agama Islam, menjadi saksi letusan gunung paling dahsyat di Indonesia hingga menjadi saksi perjuangan para pahlawan melawan penjajah Belanda.
Masjid ini berdiri pada abad ke-18, saat itu masih berupa surau kecil. Didirikan oleh para ulama dari Sulawesi Selatan yaitu tiga sekawan Daeng Muhammad Ali, K.H. Muhammad Said, dan H. Ismail. Ketiganya mengajak masyarakat sekitar untuk mengaji bersama mereka.
Surau tersebut diberi nama Al-Anwar yang artinya bercahaya, dan digunakan hingga saat ini. Menurut penulis buku Abdul Baqir Zein, enam tiang masjid Al Anwar dibangun tidak menggunakan semen tapi campuran telur ayam dan kapur!
Fakta ini terdapat dalam buku beliau yang berjudul Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia tahun 1999. Wow! Selain itu, enam tiang masjid ini melambangkan rukun iman sebagai pondasi agama.
Baca Juga: 5 Tempat Nongkrong di Lampung
Bangunan masjid ini telah 3-4 kali direnovasi dan terbaru sekitar tahun 2015. Masjid direnovasi pertama kalinya saat surau rusak saat letusan Gunung Krakatau tahun 1800an, Wow. Ya, masjid ini konon berdiri sebelum peristiwa letusan Gunung Krakatau yang dahsyat tahun 1883.
Kini, masjid ini dapat menampung jamaah salat hingga 2000 orang dan berdiri di lahan seluas 6500 meter dan menjadi tempat favorit masyarakat untuk beribadah.
Selain digunakan untuk tempat beribadah dan kajian, masjid ini juga memiliki perpustakaan yang memiliki koleksi Al Quran kuno serta sekitar 700 buah buku agama Islam yang berusia ratusan tahun.
Walau direnovasi beberapa kali, tapi ada beberapa benda yang tetap dipertahankan seperti meriam kuno peninggalan Belanda di depan masjid, beduk hadiah MTQ tahun 1988, hingga buku-buku kuno berbagai bahasa yang tersimpan di perpustakaan.
Konon, meriam kuno itu dulu digunakan sebagai penanda waktu buka puasa, karena saat itu belum ada sirine. Unik banget, ya!
Tak hanya sebagai tempat ibadah, masjid ini juga dulu digunakan para tokoh pejuang dan ulama untuk rapat menentukan strategi melawan penjajah Belanda, lho. Tidak heran, masjid ini pun dinobatkan pula sebagai masjid bersejarah di Lampung, ya.
Oh iya, jamaah masjid ini tak hanya warga Bandar Lampung dan sekitarnya. Tapi, masjid ini juga kerap didatangi para peziarah dari kota lain bahkan pulau lain. Jadi, jika piknik ke Lampung, jangan lupa untuk mampir dan salat di Masjid Jami' Al-Anwar Bandar Lampung yang penuh cahaya.
Bener2 mesjid yang bersejarah dan multi fungsi yaaa. Kbayang itu meriam kuno sebagai penanda waktu buka puasa, suaranya menggelegar.
ReplyDeleteSemoga aku bisa menginjakan kaki di bandar lampung sekalian menengok kaka sepupu yang tinggal di Kota Bandar LAmpung. Huhu, belom sempet aja.
Wah mesjidnya besar ya mba. Beruntung juga bisa singgah di mesjid tertua di lampung. Lihat gambar mesjidnya jadi rindu mesjid aku. Karena pandemi bikin kita nggak bisa ke mesjid. Semoga pandemi segera berlalu ya biar kita bisa kembali memakmurkan mesjid dan jalan-jalan lagi
ReplyDeleteCampuran telur ayam dan kapur. Skrg udah dipugar jadi lebih bagus ya mba. Bersejarah.. klo datang ke tempat bersejarah, rasanya gimana gitu, kayak ke lorong waktu
ReplyDeleteTelur ayam dan kapur bisa jadi tiang masjid kokoh gini? Kok bisa sih? Menarik yaa filosofi 6 tiang yang melambangkan rukun iman.
ReplyDeleteWahhh tiang masjid terbuat dari telur ayam dan kapur? Kayaknya bangunan masjid atau gedung jaman dulu memang bahannya kadang dipikir bukan yang biasa ditemukan saat ini ya mbak.
ReplyDeleteAku ke Lampung enggak sampai tengah kota, lewat pinggir kota yang nantinya ketemu rumah adat dan pura kayak di Bali itu. Mau deh ke Lampung lagi dan eksplore tempat wisatanya, juga mampir shalat di masjid Jami al Anwar ini
Saya tu pengeb banget bisa wisata religi mengunjungi maajid-masjid bersejarah di tanah air...semoga bisa terwujud ya...
ReplyDeleteSo very true. I’m glad you got some time to actually visit my hometown and come to the oldest mosque in the city
ReplyDeleteAku kalau pergi ke suatu tempat atau daerah berusaha nyempetin ke masjid daerah yang bersejarah.
ReplyDeletePengen ngerasain sholat di masjid-masjid itu :)
Kemarin ke Lampung, sayangnya belum sempat ke Masjid Jami Al-Anwar ini.
Wah, aku baru tahu dengan Masjid Al Anwar ini. Paling tua di Bandar Lampung ya. Duh, saat pandemi gini, baru kerasa ya kepengennya bisa traveling ke sana ke mari. Termasuk ke tempat-tempat yang bersejarah kayak Masjid Al Anwar ini.
ReplyDeleteRenovasi dilakukan supaya menjaga & gak rusak ya. Bagus kalau masih dipertahankan benda-benda bersejarahnya
ReplyDeleteGak pernah ke lampung mba
ReplyDeletetapi masjidnya khas etnik ya banyak pulasar ukiran gitu gambarannya. khas masjid-masjid lama
semoga semakin banyak lagi yang solat di sana karena covid kan berkurang
in sya Allah nanti mampir mba kalo ke Lampung. Biasanya saya juga sering berjelajah ke masjid sejarah atau tertua di tempat yang saya kunjungi
ReplyDeleteJadi nambah satu list nih nanti kalau ke Lampung, karena aku belum pernah main kesana dan pengen kalau kesana sekalian explore bangunan bersejarah juga.
ReplyDeletebelum pernah ke Lampung cuma lewat aja kalau mudik via darat ke Medan.. kapan2 pengen nginap di Lampung dan mampir ke Masjid ini
ReplyDeleteKlo lihat tempat2 bersejarah seperti ini rasanya pengin banget dikunjungi apalagi keluarga mertua tinggal di Lampung. Pengin nyobain sholat di masjid yg sudah ada jauh sebelum gunung krakatau meletus.
ReplyDeleteAku seneng kalo bisa mampir ke masjid tua. Di jogja juga banyak masjid kuno
ReplyDeleteUnik banget ya pake meriam sebagai tanda buka puasa, biasanya kentongan gitu :))
ReplyDeletePas ke Lampung dulu malah enggak jelajah Bandar Lampung sama sekali, udah langsung cuuzz ke Kabupaten Tanggamus.
suka banget sama tempat2 ibadah bersejarah gini.. Senoga ada kesempatan ke Lampung dan mampir kesini.. entah kapan hehe
ReplyDeletewow malah udah nulis aja mbk dedew aku di lampung malah belum hihi.... senang ya kalau masjid bisa kembali aktif semoga pandemi segera berakhir.
ReplyDeleteBerarti sewaktu Krakatau meletus gunung ini sudah ada ya Mbak Dew? Waah sudah berusia seratus tahun lebih berarti ya.
ReplyDeletezaman dahulu banyak yg pakai bahan baku telur sebagai perekat pengganti semen ya. kira2 sampai berapa ton telur ya untuk bangun tiang masjid. kalau kapur mah masih banyak
ReplyDeletePerjuangan orang zaman dulu memang patut diteladani yaa..
ReplyDeleteDimulai dari Masjid.
Tapi memang untuk mempererat tali silaturahm, harus dekat hatinya dengan masjid. Apalagi masjidnya indah dan megah seperti Masjid Jami Al-Anwar di Bandar Lampung ini.
Aku pas ke lampung belum sempet eksplore dan blm ke masjid ini juga. Bagus kali yah Kak masjidnya?
ReplyDeleteMesjid penuh sejarah ini yah, semoga saja Pandemi ini segera berakhir yah, aamiin yaa Rabb
ReplyDeleteKalau baca tentang mesjid bersejarah dan kaitannya dengan perlawanan pribumi muslim melawan penjajah aku jadi ingat novel Rindu Tere Liye, merinding kalau ngebayangin situasi saat itu. Btw, Tere Liye kelahiran Lampung kalo ga salah ya Mba
ReplyDeleteWah menarik ya mbak, saya belum pernah ke lampung :(
ReplyDeleteYa ampon, megaaaaaaaaah :') bisa dikunjungi nanti nih kalau main ke Lampung
ReplyDelete