Jelajah Candi Gedong Songo di Bandungan, Kabupaten Semarang

Jelajah Candi Gedong Songo di Bandungan, Kabupaten Semarang. Dear Pejalan Santai, Senin (14/05) lalu, aku diajak kru Ha-Ka Hotel Semarang untuk berkeliling Kabupaten Semarang.

Jelajah Candi Gedong Songo di Bandungan, Kabupaten Semarang

Undangan ini tentu saja kusambut gembira karena sedang butuh piknik, haha. Terutama karena penasaran dengan hotel anyar di Semarang ini. Apa ya keistimewaannya?

Ha-Ka Hotel Semarang adalah hotel berbintang dua plus di Semarang yang memiliki kepedulian besar untuk ikut mendukung pariwisata Semarang dan sekitarnya. Target tamunya pun menyasar para business traveler yang menyambangi Semarang.

Haka Hotel Semarang yang baru grand launching sekitar bulan Februari 2018 ini beralamat di kawasan strategis yaitu Jalan Ahmad Yani No.173, Karangkidul, Semarang. Lokasi yang strategis ini membuat tamu akan merasa senang menginap di Ha-Ka Hotel Semarang. Ditambah lagi  kenyamanan hotel dan keramahan para kru hotelnya makin bikin betah ya! 

Candi Gedong Songo

Senin subuh, aku dijemput oleh Mbak Lala Nikmah PR Executive Ha-Ka Hotel Semarang di Ungaran. Saking takutnya terlambat bersiap, tidurku kurang nyenyak dan terbangun melulu, hehe. Berasa anak TK mau piknik sekolah ya, nggak sabaran. Alhamdulillah, aku yang biasanya molor bisa bangun tepat waktu. Semalam sudah menyiapkan ransel. Katanya kami berangkat pukul 04.00 pagi! Wow. 

Tujuan pertama kami adalah menikmati sunrise di Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang. Saat pertama kali baca itinerary, aku takjub membacanya. Duh, pukul 04.00 di Candi Gedong Songo apa tidak gelap dan dingin banget ya? Langsung deh menyiapkan jaket dan pashmina. 

Pelataran Candi Gedong Songo

Olala, ternyata pukul 04.00 itu berangkat dari hotel Ha-Ka Semarang dan berarti tiba di rumahku sekitar pukul 05.00, yes! Hihi, bisa tidur dulu, ya. Tanpa pakai nyasar, kru Ha-Ka Hotel Semarang berhasil tiba di rumahku. Jadilah, kami berangkat menuju TKP. 

Aku bersemangat karena terakhir ke Candi Gedong Songo ini sekitar tahun 2010, aku sedang hamil Aldebaran dan hanya sanggup sampai di candi pertama. Hahaha. Gila saja, kalau diajak naik kuda. Nanti lahir prematur, pulak. 

Candi pertama

Karena itulah aku ingin memuaskan rasa ingin tahuku tentang candi ini. Jalanannya berkelok-kelok tapi mulus kok. Kesejukan serta-merta menyambut kami saat tiba di pelataran Candi Gedong Songo. Matahari sudah nampak malu-malu. Ya, kami ketinggalan matahari terbit. Mestinya tiba di sini sekitar pukul empat pagi yaa. Tapi, tak mengapa. 

Udara pagi yang sejuk membuat kami berlima: aku, Asmarie, Mbak Lala, Mas Sugi dan Mas Iwan dari Ha-Ka Hotel Semarang merapatkan jaket. Brr. Kawasan candi ini sekitar 25 km dari Ungaran, dan hampir 40 km dari Semarang. Berada di ketinggian 1200-1300 meter di atas permukaan laut. 

Kami terlalu pagi tiba di kawasan Candi Gedong Songo itu, bahkan petugas loketnya saja belum datang. Tertulis di loket tiket masuk Rp8.000 sedangkan untuk wisatawan asing Rp75.000. 

Beberapa perempuan berpakaian adat dan lelaki berikat kepala membawa sesajen menyusul kami. Sepertinya mereka akan beribadah di candi ini. Aku tak hentinya mengagumi kawasan Candi Gedong Songo yang jauh lebih rapi dan bersih daripada saat terakhir kali aku ke sini. Jalanan menuju candi-candi sudah tertata rapi dan mulus. Tidak ada lagi cerita kita terpeleset lumpur dan kaki kotor karena becek. 

Mulailah petualangan kami pagi itu menjelajahi candi peninggalan umat Hindu ini. Candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, Desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Bandungan, di Kabupaten Semarang. Dari namanya, candi ini berarti sembilan bangunan. 

Tapi, menurut informasi di papan, hanya ada lima candi sedangkan empat bangunan lainnya konon masih terkubur atau rusak. Candi ini dibangun sekitar abad ke-8 masehi, ditemukan arkeolog Belanda dan diteliti kembali oleh Raffles pada tahun 1804. Kami mulai menguatkan tekad menyusuri jalan setapak yang ditata rapi itu. Lumayan, ya, makin menanjak. 

Candi pertama, pemandangannya enejing banget. Candi dengan latar belakang Gunung Ungaran yang berkabut membawa suasana sakral. Pemandangan beberapa gunung bisa kita nikmati di sini.

Setelah candi pertama. Hosh, hosh, jalanan yang kini berbatu semakin menanjak. Keringat mulai merembes di punggung, membasahi bajuku. Jika tidak ingin lelah jalan kaki, kita bisa naik kuda dengan membayar tarif tertentu. 

Sayangnya, pemandangan masih agak tertutup kabut. Jika cuacanya terang, kita bisa melihat barisan gunung yang menjulang gagah yaitu Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, Gunung Merapi, Gunung Lawu terus Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Emejing pisan.

Jalanan semakin menanjak. Untung, bawa botol air minum untuk menghalau haus. Kami melewati deretan warung yang masih tutup. Ada juga kompleks vila atau penginapan yang terbuat dari kayu khusus untuk pengunjung yang menginap. Pondoknya nampak cantik. Ada beberapa spot untuk berfoto juga. Terbayang, betapa dingin udaranya saat malam, ya! Brrr. 

Pemandangan indah kami dapati ketika menuju candi ketiga. Masya Allah, cantik banget! Sayangnya, kamera ponsel tak mampu menangkap keindahan kabut yang turun perlahan. Di candi ini, tergeletak beberapa sesaji berupa tatakan berisi kelopak bunga nan cantik. Kami dikagetkan dengan ringkikan kuda yang gagah berpapasan di jalan setapak. Fiuh. 

Tak henti-hentinya, aku menyapu pandangan ke sekelilingku. Otak segeer. Cantik banget, apalagi masih pagi, kita tak diganggu lalu-lalang pengunjung. Terasa damai. Menuju candi keempat, kami disambut kepulan asap di kejauhan. 

Dengan polosnya, aku bertanya adakah yang bakar sampah? Wkwkw. Mentang-mentang, sudah mulai muncul para petugas kebersihan di sana-sini. Ya ampun, aku lupa kalau Gunung Ungaran ini termasuk gunung berapi aktif. Wkwkw. Kayak gini mengaku blogger jalan-jalan? Malu-maluin! Haha. 

Kepulan asap dengan bau khas belerang pekat ini kami rekam. Tak jauh dari sana, ada pemandian air panas berupa bangunan serupa toilet. Perjalanan terus berlanjut hingga tiba di candi kelima yang merupakan candi terakhir dan letaknya paling tinggi. Asmarie tanpa lelah memotret dan merekam pemandangan syahdu ini. 

Terasa sakral candi-candi ini ditutupi kabut dan awan. Seperti negeri di atas awan, ya. Keindahan ini sayang jika tak dibagi. Pasti wisatawan asing bahagia banget kalau bisa datang ke sini. 

Pemerintah Kabupaten Semarang punya PR besar nih mempopulerkan kawasan Candi Gedong Songo ini ke mancanegara. Mungkin dengan bikin festival jazz di sini? Bisaa.

Sungguh, bahagia rasanya hari itu karena aku yang pejalan letoy ini berhasil menjelajahi Kawasan Candi Gedong Songo hingga atas. Sebuah prestasi untukku, wkwkw. Terima kasih Ha-Ka Hotel Semarang.

Photo Courtesy: 
Pribadi, Asmarie dan Sugi